Begitulah,
satu minggu setelahnya ka neo datang dengan keluarganya melamarku. Semuanya
super ekspres dan serba cepat. Seperti yang kuduga, ka neo sudah merencanakan
semuanya dengan matang. Seminggu setelah pertemuan keluarga, seminggu dari
jarak itu kami menikah. Mengikat janji akad pernikahan kami.
Ka neo menikahiku yang baru saja
lulus sidang. Disaat yang lain sibuk mempersiapkan pakaian ataupun segala keperluan
wisuda mereka aku dengan dibantu sahabat-sahabatku disibukkan persiapan
pernikahanku.
Pernikahan bertemakan biru baby dan
pink baby. Aku memakai baju biru baby dan ka neo memakai pakaian berwarna pink
baby. Kami serasi sekali dipadu padankan dengan warna putih bersih.
Pernikahan yang sederhana.
Pernikahan yang kuinginkan sejak lama. Banyak diantara teman-teman ku yang
sudah menduga hubunganku dengan ka neo akan berakhir seperti ini.
Semuanya berlalu begitu saja. Awal
aku bertemu dengan ka neo, semua kejadian yang kami lalui bersama sampai
akhirnya kami bisa bersama.
“sayang”panggilan
ka neo berubah semenjak kami menikah. Aku tinggal dengannya di rumah baru kami
yang kecil. Beruntung sekali aku menikah
dengan laki-laki yang bahkan sudah memikirkan semuanya untukku, untuk
kebahagiaanku.
Aku membawakannya jus kiwi. Duduk
dipangkuannya, di depan meja kerjanya, manja.
“kamu
sedang apa?” melihat layar monitor leptopnya. Melihat foto-foto pernikahan kita
tiga hari yang lalu. Tertawa bersama melihat foto-foto kami.
“besok
kamu wisuda, tidur sayang” ka neo membelai pipiku.
“iya
sayang.. kamu kan juga harus tidur..., mata kamu udah kaya paaandaaa” aku
menekan kedua pipinya.
“sebentar
lagi, mas mau menyelesaikan
kerjaan dulu, sedikit lagi”
“hmm..
kalo gitu jangan lama-lama ya, besok kita long journey” aku mencium pipinya.
Mengingatkannya dengan honey moon kami yang tertunda.
Wisuda, dengan laki-laki yang sudah
menjadi suami dihidupku. Sebuah kebahagiaan yang tidak aku duga sebelumnya.
Sebuah kebahagiaan yang tidak bisa kuutarakan secara lisan. Rasanya benar-benar
penuh warna, penuh senyuman, dan penuh kelegaan. Banyak sekali yang kurasakan.
Disaat yang lain sibuk mendandani diri mereka sendiri
untuk wisuda, aku sibuk membuatkan dasi di kemeja ka neo.
“terima
kasih” mencium keningku.
“mas,
aku cek dulu ya, takut ada yang ketinggalan”
“iya”
Aku
mengecek koper ku dan koper ka neo. Selesai acara wisuda kami berencana pergi
berlibur sekaligus honeymoon, hadiah dari orang tuaku. Orang tua ku bahagia
sekali melihatku yang sudah memiliki suami tidak lama setelah lulus sidang.
sesuai dengan yang diharapkannya.
Hari itu semua wajah terlihat
bahagia. Cerah sekali. Jika ada sebuah tangis yang turun, tangis itu tangis
kebahagiaan. Sama seperti halnya aku, aku bahagia sekali wisuda dengan ditemani
suamiku dan juga orang tuaku.
Vidi datang dengan membawa sertu dan
navita. Memberikan seikat bunga untukku.
“selamat
ya jen...” memelukku dan mencium pipiku.
“makasiii”
“yang
lain mana?”
“kepencar...
sumpek banget di..”
“iya..
makanya gue nunggu agak legaan, kasian navita” kulihat navita berada
digendongan sertu.
“dede...”
aku mengambilnya dari tangan sertu. Menggendongnya.
“bentar,
gue coba telefon mereka dulu” vidi merogoh tas nya dan menekan beberapa nomor.
“iya”
Aku menggendong navita dan
membawanya ke samping neo. Mencandainya. Ibuku mengambil navita dari tanganku.
Gemas sekali dengan navita.
Dari arah selatan desy dan puspa
muncul. Ditangan mereka banyak sekali bunga. Vidi mengambil bunga yang ada
dikereta dorong navita dan memberikannya kepada puspa dan juga desy. Kami
saling berpelukan satu sama lain.
“udah
tiga bulan, jadi gimana rasanya?” desy dan puspa penasaran, berbisik lirih. Aku
tersipu malu mendengar pertanyaan mereka. ragu untuk menjawab.
“mending
cepetan nikah deh, biar rasain sendiri” vidi membantuku menjawabnya.
“kalo
udah ada calonnya, gue siap”
“masalahnya
belum ada” Puspa dan desy kompak sekali saling melengkapi.
“ha
ha ha”
“jadi..
gimana?” kali ini ganti vidi menanyaiku, menunjuk perut.
“belum
tau” aku belum menunjukkan tanda-tanda debay di perutku.
“secepatnya...
biar desy sama puspa tambah tua punya dua keponakan, ntar lama-lama mereka
mikir deh, gue umur segini udah punya dua keponakan”
“sedih
bener.. padahal masih muda.. biarin aja di.. mereka kan calon wanita karir,
beda jalur ma kita”
“ada
segala jalur-jalur an jen?” puspa menanggapi ucapanku
“ada-ada
aja” desy menggelengkan kepala
“tapi
gue emang pengen jadi wanita karir dulu si, ngumpulin duit dulu yang banyak, kalo
dah bisa berkecukupan. Cukup satu rumah mewah, cukup mobil satu, cukup ini,
cukup itu, baru deh nikah” puspa membuat
list daftarnya satu-satu
“itu
mah maruk” aku dan vidi menimpuk kepalanya pelan.
“ha
ha ha” kami tertawa lepas sekali.
“nanti
gue ga bisa ikut kumpul-kumpul, gapapa kan?”
“mang
lu mau kemana?” puspa penasaran dengan ku yang jarang sekali melewati moment
bersama.
“yah
sayang banget ga ada lu jen” desy agak sedikit kecewa. Keningnya mengkerut.
“jangan
pada sedih gitu donk, ini kan juga buat kebahagiaan jeni juga, dia ma suami baru
mau honey moon tau, baru mau liburan” vidi yang sudah mengetahuinya lebih
dahulu menjelaskannya kepada puspa dan desy.
“oooowww....
waaaaaaa”
“jangan
keras-keras” aku malu sekali.
“jadi
kalian belum honeymoon?” puspa seakan tidak percaya.
“tapi
udah kan?” puspa melanjutkan.
Pertanyaannya
terlalu ekstrem bagiku. “ii ga boleh nanya-nanya” aku menyilangkan tangan
kepada puspa. Malu sekali.
“aku
doain semoga cepet ya jen” desy mengelus perutku. Geli karena elusannya aku
agak menjauhinya.
“hoek” tiba-tiba aku mual-mual tidak karuan.
Bingung kenapa mendadak seperti ini.
“BUMIIL”
ucap desy dan puspa kompak. Tanpa pikir panjang aku meminta ijin kepada ka neo
untuk pergi ke toilet. Ditemani dengan ketiga sahabatku.
Mereka bertiga benar-benar penasaran
apakah aku hamil atau tidak. Beruntungnya ada vidi yang sudah lebih dulu
pengalaman dari aku. Vidi mempunyai persediaan testpack di dompetnya.
Memberikannya satu kepadaku. Memintaku untuk segera mengeceknya.
Ayah, Ibuku, dan Ka neo sudah menungguku diluar sepertinya
mereka merasa cemas dan penasaran denganku. Mereka menungguku berbicara
“kayanya
honeymoon nya dipending deh, aku ..” belum selesai aku berbicara ka neo
memotongnya.
“kamu
hamil?” tanyanya antusias.
“iya..”
kedua orang tuaku dan ka neo lantas mengucapkan syukur. Aku memberikan hasil
testpack ku kepada mereka.
Namun rencana tetap berlanjut. Meski aku hamil, hari
itu kami tetap pergi honeymoon. Perjalananku baru dimulai dengan ka neo.
Merayakan kehamilanku.
0 komentar:
Posting Komentar