20 Jan 2015

BUMIL (chapter 15 Novel ' Sabtu yang kutunggu')

Begitulah, satu minggu setelahnya ka neo datang dengan keluarganya melamarku. Semuanya super ekspres dan serba cepat. Seperti yang kuduga, ka neo sudah merencanakan semuanya dengan matang. Seminggu setelah pertemuan keluarga, seminggu dari jarak itu kami menikah. Mengikat janji akad pernikahan kami.
            Ka neo menikahiku yang baru saja lulus sidang. Disaat yang lain sibuk mempersiapkan pakaian ataupun segala keperluan wisuda mereka aku dengan dibantu sahabat-sahabatku disibukkan persiapan pernikahanku.
            Pernikahan bertemakan biru baby dan pink baby. Aku memakai baju biru baby dan ka neo memakai pakaian berwarna pink baby. Kami serasi sekali dipadu padankan dengan warna putih bersih.
            Pernikahan yang sederhana. Pernikahan yang kuinginkan sejak lama. Banyak diantara teman-teman ku yang sudah menduga hubunganku dengan ka neo akan berakhir seperti ini.
            Semuanya berlalu begitu saja. Awal aku bertemu dengan ka neo, semua kejadian yang kami lalui bersama sampai akhirnya kami bisa bersama.
“sayang”panggilan ka neo berubah semenjak kami menikah. Aku tinggal dengannya di rumah baru kami yang kecil.  Beruntung sekali aku menikah dengan laki-laki yang bahkan sudah memikirkan semuanya untukku, untuk kebahagiaanku.
            Aku membawakannya jus kiwi. Duduk dipangkuannya, di depan meja kerjanya, manja.
“kamu sedang apa?” melihat layar monitor leptopnya. Melihat foto-foto pernikahan kita tiga hari yang lalu. Tertawa bersama melihat foto-foto kami.
“besok kamu wisuda, tidur sayang” ka neo membelai pipiku.
“iya sayang.. kamu kan juga harus tidur..., mata kamu udah kaya paaandaaa” aku menekan kedua pipinya.
“sebentar lagi, mas mau menyelesaikan kerjaan dulu, sedikit lagi”
“hmm.. kalo gitu jangan lama-lama ya, besok kita long journey” aku mencium pipinya. Mengingatkannya dengan honey moon kami yang tertunda.
            Wisuda, dengan laki-laki yang sudah menjadi suami dihidupku. Sebuah kebahagiaan yang tidak aku duga sebelumnya. Sebuah kebahagiaan yang tidak bisa kuutarakan secara lisan. Rasanya benar-benar penuh warna, penuh senyuman, dan penuh kelegaan. Banyak sekali yang kurasakan.
Disaat yang lain sibuk mendandani diri mereka sendiri untuk wisuda, aku sibuk membuatkan dasi di kemeja ka neo.
“terima kasih” mencium keningku.
“mas, aku cek dulu ya, takut ada yang ketinggalan”
“iya”
Aku mengecek koper ku dan koper ka neo. Selesai acara wisuda kami berencana pergi berlibur sekaligus honeymoon, hadiah dari orang tuaku. Orang tua ku bahagia sekali melihatku yang sudah memiliki suami tidak lama setelah lulus sidang. sesuai dengan yang diharapkannya.
            Hari itu semua wajah terlihat bahagia. Cerah sekali. Jika ada sebuah tangis yang turun, tangis itu tangis kebahagiaan. Sama seperti halnya aku, aku bahagia sekali wisuda dengan ditemani suamiku dan juga orang tuaku.
            Vidi datang dengan membawa sertu dan navita. Memberikan seikat bunga untukku.
“selamat ya jen...” memelukku dan mencium pipiku.
“makasiii”
“yang lain mana?”
“kepencar... sumpek banget di..”
“iya.. makanya gue nunggu agak legaan, kasian navita” kulihat navita berada digendongan sertu.
“dede...” aku mengambilnya dari tangan sertu. Menggendongnya.
“bentar, gue coba telefon mereka dulu” vidi merogoh tas nya dan menekan beberapa nomor.
“iya”
            Aku menggendong navita dan membawanya ke samping neo. Mencandainya. Ibuku mengambil navita dari tanganku. Gemas sekali dengan navita.
            Dari arah selatan desy dan puspa muncul. Ditangan mereka banyak sekali bunga. Vidi mengambil bunga yang ada dikereta dorong navita dan memberikannya kepada puspa dan juga desy. Kami saling berpelukan satu sama lain.
“udah tiga bulan, jadi gimana rasanya?” desy dan puspa penasaran, berbisik lirih. Aku tersipu malu mendengar pertanyaan mereka. ragu untuk menjawab.
“mending cepetan nikah deh, biar rasain sendiri” vidi membantuku menjawabnya.
“kalo udah ada calonnya, gue siap”
“masalahnya belum ada” Puspa dan desy kompak sekali saling melengkapi.
“ha ha ha”
“jadi.. gimana?” kali ini ganti vidi menanyaiku, menunjuk perut.
“belum tau” aku belum menunjukkan tanda-tanda debay di perutku.
“secepatnya... biar desy sama puspa tambah tua punya dua keponakan, ntar lama-lama mereka mikir deh, gue umur segini udah punya dua keponakan”
“sedih bener.. padahal masih muda.. biarin aja di.. mereka kan calon wanita karir, beda jalur ma kita”
“ada segala jalur-jalur an jen?” puspa menanggapi ucapanku
“ada-ada aja” desy menggelengkan kepala
“tapi gue emang pengen jadi wanita karir dulu si, ngumpulin duit dulu yang banyak, kalo dah bisa berkecukupan. Cukup satu rumah mewah, cukup mobil satu, cukup ini, cukup itu, baru deh nikah” puspa membuat list daftarnya satu-satu
“itu mah maruk” aku dan vidi menimpuk kepalanya pelan.
“ha ha ha” kami tertawa lepas sekali.
“nanti gue ga bisa ikut kumpul-kumpul, gapapa kan?”
“mang lu mau kemana?” puspa penasaran dengan ku yang jarang sekali melewati moment bersama.
“yah sayang banget ga ada lu jen” desy agak sedikit kecewa. Keningnya mengkerut.
“jangan pada sedih gitu donk, ini kan juga buat kebahagiaan jeni juga, dia ma suami baru mau honey moon tau, baru mau liburan” vidi yang sudah mengetahuinya lebih dahulu menjelaskannya kepada puspa dan desy.
“oooowww.... waaaaaaa”
“jangan keras-keras” aku malu sekali.
“jadi kalian belum honeymoon?” puspa seakan tidak percaya.
“tapi udah kan?” puspa melanjutkan.
Pertanyaannya terlalu ekstrem bagiku. “ii ga boleh nanya-nanya” aku menyilangkan tangan kepada puspa. Malu sekali.
“aku doain semoga cepet ya jen” desy mengelus perutku. Geli karena elusannya aku agak menjauhinya.
 “hoek” tiba-tiba aku mual-mual tidak karuan. Bingung kenapa mendadak seperti ini.
“BUMIIL” ucap desy dan puspa kompak. Tanpa pikir panjang aku meminta ijin kepada ka neo untuk pergi ke toilet. Ditemani dengan ketiga sahabatku.
            Mereka bertiga benar-benar penasaran apakah aku hamil atau tidak. Beruntungnya ada vidi yang sudah lebih dulu pengalaman dari aku. Vidi mempunyai persediaan testpack di dompetnya. Memberikannya satu kepadaku. Memintaku untuk segera mengeceknya.

Ayah, Ibuku, dan Ka neo sudah menungguku diluar sepertinya mereka merasa cemas dan penasaran denganku. Mereka menungguku berbicara
“kayanya honeymoon nya dipending deh, aku ..” belum selesai aku berbicara ka neo memotongnya.
“kamu hamil?” tanyanya antusias.
“iya..” kedua orang tuaku dan ka neo lantas mengucapkan syukur. Aku memberikan hasil testpack ku kepada mereka.

Namun rencana tetap berlanjut. Meski aku hamil, hari itu kami tetap pergi honeymoon. Perjalananku baru dimulai dengan ka neo. Merayakan kehamilanku.

0 komentar:

Posting Komentar