Semenjak
hari itu, Sabtu menjadi hari yang
selalu kunanti. Entahlah.. mungkin virus puspa menjalariku. Sengaja aku tidak
membawa motor hari ini. Ingin tahu apakah hal seperti itu akan terulang lagi
atau tidak. Antara penasaran dengan Ka Neo dan juga harap-harap cemas.
Dikelas aku memanggilnya Pak namun
diluar aku memanggilnya Ka. Hanya aku, ka neo, dan vidi yang mengetahuinya,
sejauh ini. Ini baru satu minggu. Kalau sampai vidi mengingkari janjinya sudah
sangat keterlaluan menurutku.
“dah
jeni....” vidi melambaikan tangan kearahku
“dah....”
teriakku karena motornya berlalu menjauhiku. Vidi membalikan badan lagi dan
berteriak agar malam ini aku hutang cerita dengannya.
Lama sekali aku baru berani keluar
dari toilet. Baru beberapa langkah aku sudah balik masuk kembali ke dalam toilet. Merapihkan rambutku dan juga bajuku. Aaaargh..
sepertinya aku sudah mulai benar-benar terkena virus puspa. Bagaimana ini.
Kalau aku benar-benar menyukai ka neo bisa gawat. Segudang argumen di kepalaku
saling bertentangan. Akhirnya aku baru benar-benar keluar setelah jam
menunjukkan enam kurang lima belas menit. Tiga puloh menit aku berada di
toilet. Berusaha menahan diri agar tidak berharap. Berharap kalau ka neo juga
sudah pulang dan memang tidak menungguku.
Kampus sudah sangat sepi. Hanya ada
beberapa anak yang tersisa. Teman-teman yang kukenal juga sudah tidak ada sama
sekali. Aku berjalan dengan kepala menunduk. Kenapa aku harus sepanik ini.
“jen..”
suara yang kudengar. ka neo, ucapku dalam hati.
“iya
ka?” aku menoleh kearah ka neo. Dia tepat dibelakangku.
“hari
ini kaka ada main basket. Kamu mau ikut?” ka neo menawariku.
“udah
ayo..” ka neo menarik tanganku. Lagi-lagi dia memaksaku. Sebenarnya aku sama
sekali tidak merasa kalau dia memaksaku melainkan sejujurnya aku senang sekali
dengan perlakuannya.
“kamu
ga malu kan ketemu teman-teman kaka?”
“yah
malu lah ka.. temen temen kaka pasti kan juga udah pada seumuran kaka”
“slow
aja... mereka orangnya asik-asik, malah banyak yang suka anime, jadi lebih
kekanakkan malah”
“yang
bener ka?”
“iya..
kaka aja suka ngikutin anime, kaya naruto, hunter x hunter, trus kemarin ada
barakamon, tokyo ghoul, zenkyou no terror, noragami,.. banyak..”
“kita
samaan dong ka”
“ha
ha ha...”
Aku
dan ka neo asik bercerita di dalam mobilnya.
“woy
bro” ka neo menghampiri temannya dan saling tos.
Aku
mengekorinya di belakang dengan langkah yang pelan.
“siapa
ni... pacar?” tanya seorang temannya yang sadar dengan keberadaanku.
“st..”
Aku tidak mendengar apa yang ka neo ucapkan kepada
teman-temannya. Setelah mendengar ucapan ka neo mereka hanya tersenyum senang
dan beberapa diantaranya juga berkenalan denganku. Ada pula yang hanya
menegurku dari jauh. Seperti yang ka neo bilang. Semua teman-temannya baik
sekali.
Sementara ka neo berganti kostum.
Aku duduk di kursi penonton sembari menjaga tasnya dan ponselnya. Ponsel.
Ponsel. Kalau ponsel seorang laki-laki sudah dengan sadar dan dengan kemauannya
sendiri diserahkannya kepada seorang wanita, berarti wanita itu adalah wanita
yang istimewa untuknya, kata-kata desy terngiang-ngiang di pikiranku. Masa
sih.. ah ga mungkin.. tapi masa iya?, aku kembali bertanya-tanya sendiri.
Ka neo datang dengan baju basketnya.
Di punggungnya tertulis angka sembilan per sepuluh. Aneh. Entah apa maksud dari
nomor punggungnya.
“nitip
ya de” ka neo memanggilku de.
“...
eh.. iya ka... semangat ya ka”
“oke”
dia mengacungkan jari jempolnya kepadaku.
“kamu
mau berapa tembakan yang kaka masukin buat kamu hari ini?” tanya nya
“ehm..
enam. Three point three point” ucapku
“oke”
dia mengelus rambutku.
“ayo
neo” temannya sudah tak sabar menunggu untuk memulai pertandingan.
Ka neo satu tim dengan ega, nino,
dan dua lagi yang tak kukenal namanya. Yang menjadi lawannya Kila dan
teman-temannya yang lain yang belum kuhapal namanya. Kila temannya yang paling
sering mengajakku ngobrol dan paling cerewet.
Baru beberapa menit berlalu dari
mulainya pertandingan namun ka neo sudah berteriak di bawah sana “jeni.. buat
kamu..” teriaknya. Kemudian melakukan lemparan three point dan masuk.
“yee.......
ka neo semangat.....” aku menyemangatinya dengan memberikannya tepuk tangan.
Game dimulai lagi. Tidak perlu waktu
yang cukup lama keadaan sudah kembali imbang. Ka neo dan teman-temannya jago
sekali bermain basket. Membuatku senang dan ingin bermain bersamanya. Game
pertama berlalu dengan sangat cepat. Ka neo berlari kearahku. Aku sudah
mempersiapkan minuman dan juga handuk untuknya.
“gimana
tadi?, seru kan... hosh.. hosh” nafasnya memburu.
“iya..
kaka hebat. Baru mulai udah masukin aja”
“kaka
masih utang satu sama kamu”
“iya...santai
aja ka..”
Ka neo cepat sekali meneguk air mineralnya.
“kaka turun lagi ya” dia memberikan handuknya kepadaku.
“iya..
semangat ka”
Game kedua kembali dimulai. Sejauh
ini angka masih menunjukkan point 7-7. Permainan yang cukup menarik untukku.
Meski aku tidak begitu mengerti basket paling tidak aku tahu beberapa
dasar-dasarnya.
“gubrak”
ka neo jatuh. Dia berlari sangat cepat namun karena menghindar dari kila dan
posisi yang tidak mengenakkan dari ring dia malah terjatuh. Aku refleks berdiri
dan mencemaskannya.
Kila
menarik tangannya berdiri. Dari bawah dia tersenyum ke arahku dan kembali
memberikan jempol kepadaku. Tidak lama dari kejadian itu kesempatan untuk
mencetak three point kembali terbuka lebar untuk ka neo.
“jeni...”
dia kembali berteriak dan masuk. Ka neo menepati janjinya kepadaku. Aku senang bukan
main. Bertepuk tangan sangat keras untuknya.
Tim ka neo kalah oleh tim kila namun
pertandingannya benar-benar membuatku sangat senang untuk menontonnya. Aku
berharap kesempatan untuk melihat permainan ka neo dan teman-temannya kembali
datang.
Beberapa temannya asyik bercerita
tentang pertandingan tadi. Ka neo juga asik bercerita dengan kila. Sementara ka
neo duduk aku membasahi saputanganku dan mengusap lututnya.
“eh
udah jangan”
“gapapa
ka neo” aku sibuk membersihkan luka ka neo kemudian segera memberinya betadine.
“luka
kaya gini ga boleh pake handsaplast, biar cepet kering. Mengerti!” aku menegur
ka neo
“siap
bu bos”
“hahaha
kalian itu lucu banget sih. Udah sana cepet jadian aja”
“eeeeh”
aku memalingkan wajahku tidak berani melihat wajah ka neo.
ka
neo tidak menanggapi ucapan temannya, itu yang kutahu.
Malam itu aku makan bareng dengan
teman-teman ka neo. Kembali ke tempat yang belum pernah kukunjungi sebelumnya.
Senang sekali bisa berteman dengan teman-teman ka neo. Kami asyik menonton
anime yang di bawa ega dan bercerita banyak tentang anime.
Menyenangkan sekali meski aku baru mengenal mereka.“dah....”
“dah
jeni... kapan-kapan dateng lagi ya” kila ramah sekali kepadaku.
Aku
masuk kedalam mobil ka neo.
“waktunya
pulang. Ini sudah terlalu malam untuk anak perempuan
kayak kamu” ka neo
mengingatkanku untuk melihat jam.
Melihat
jam yang ada di mobil.
“jam
sebelas?”
“iya..
ga kerasa kan. Et! Tunggu. Ada yang kelupaan”
“apa?”
tanyaku sambil menoleh ke jok belakang. Mengira-ngira apa yang tertinggal.
Ka
neo mengeluarkan ponselnya. “biar gampang kaka minta nomer kamu”
Selalu
dibuat terdiam oleh apa yang dilakukannya. “ga boleh?” tanyanya melihatku yang
masih saja diam.
“kosong
delapan....” aku menyebutkan nomer ponselku dan juga alamat emailku.
“itu
nomer kaka” sebuah nomer masuk kedalam ponselku. Segera menyimpannya agar aku
tidak lupa.
“kira-kira
ibu kamu marah ga kamu pulang jam segini?’ ka neo bertanya
“mungkin.
Ga tau juga ka.. aku baru kali ini pulang sampe jam sebelas”
“wa..
bisa di cap jelek nih kaka. Nanti kaka mampir rumah kamu sebentar ya”
“mau
ngapain ka?”
“mau
numpang toilet doang”
“ehmm”
Sampainya dirumahku ka neo bukan segera pergi ke
toilet malah memperkenalkan diri kepada ayah dan ibuku. dia juga meminta maaf
kepada kedua orang tuaku karena sudah mengajakku pergi sampai malam. Padahal
ini bukan sepenuhnya kesalahan dia namun dia benar-benar sopan sekali dengan
kedua orang tuaku. cara yang dilakukan oleh orang dewasa memang jauh berbeda
dengan yang kita lakukan. Ka neo pamit dengan sopan. Aku mengantarnya sampai
depan rumah.
“makasi
ya ka” ucapku.
“sama-sama...
sana masuk.. ayah ibu kamu udah nungguin di dalem”
“iya
ka..”
Aku baru menutup pintu rumahku namun sebuah pesan
masuk.
good night jeni.. sweet dream. Neo
Tulisnya di pesan.
good
night ka neo... hati-hati dijalan
balasku singkat.
“jeeeniiii”
seseorang turun dari lantai atas.
“vidi?”
tanyaku tak percaya
“lu
dirumah gue? ngapain?”
“abisnya..
gue telefon rumah lu. Katanya lu belum juga pulang. Yaudah gue kesini. Jadinya
gue bilang aja kalo lu lagi deket sama cowo dewasa.”
“ah
elu.. kalo ngomong seenak jidat”
“tapi
bener kan...harusnyakan lu makasih ma gue. Lu jadi ga kena omel ma nyokap bokap
lu..”
“ga
ada lu juga gue ga kena omel... hahaha” aku tertawa puas
“iya
tauuu... tadi Pak Neo gentle banget ketemu nyokap bokap lu.. wahh tipe gue
banget itu..bisa ga tuh dituker tambah sama sertu?”
“ye..
lu kata barang...”
“hhahaha...
ga juga..” aku dan dia kembali ke kamarku.
“so...
gimana tadi?”
“ya
kaya yang lu denger”
“emang
apaan?”
“jangan
ngeles deh lu.. lu pasti tadi nguping kan”
“hahaha
lu tau aja”
“iyalah
.. apa si yang ga gue tau dari lu..”
“ada...
sertu...jeni...” vidi terlihat sedih.
“kenapa
sertu?”
“iya..
sertu nyelingkuhin gue”
“hah!
Yang bener lu?, salah liat kali..”
“engga..
lu tau kan tadi gue pulang kuliah bareng dia”
“ya..
trus?”
“nah...
sebenernya sebelum itu. Gue nemuin sms aneh”
“sms
aneh gimana maksud lu?”
“iya
sms nya gini..., hari ini jadi kan?, ini
nomer gue. Vega”
“nah
loh.. cewe.. siapa tuh vega?” aku balik bertanya kepadanya
“mana
gue tau.. gue aja baru denger tuh nama tadi”
“vega..
vega.. vega.. coba lu inget-inget dulu..”
“serius
deh gue ga inget dan gue ga ngerasa punya temen yang namanya vega”
“hmmm
trus tadi lu ga malming?”
“engga...
dia ngajakin tapi gue males. Ngapain juga dia ketemu gue. Kalo sebelum atau
seudahnya dia ketemu vega”
“kebiasaan
lu. Lu tuh belum tau pasti kan... keep post inget ga?”
“tetep
aja.. makanya gue ngacir kerumah lu. Males banget gue ngangkat telefon rumah
ato tau-tau dia dateng kerumah gue. Mending gue kabur deh”
“iya..
iya.. terserah lu deh. Lu sabar dulu deh.. besok gue bantu lu nyari siapa tu
vega. Selama masih belum jelas. Lu jangan yang aneh-aneh. Oke sweety”
“jeniii
maaakkaasiii.. lu emang sahabat yang paling ngertiin gue” aku berpelukan dengan
vidi.
0 komentar:
Posting Komentar