20 Jan 2015

BASKET (chapter 2 Novel 'Sabtu yang kutunggu)

Semenjak hari itu, Sabtu menjadi hari yang selalu kunanti. Entahlah.. mungkin virus puspa menjalariku. Sengaja aku tidak membawa motor hari ini. Ingin tahu apakah hal seperti itu akan terulang lagi atau tidak. Antara penasaran dengan Ka Neo dan juga harap-harap cemas.
            Dikelas aku memanggilnya Pak namun diluar aku memanggilnya Ka. Hanya aku, ka neo, dan vidi yang mengetahuinya, sejauh ini. Ini baru satu minggu. Kalau sampai vidi mengingkari janjinya sudah sangat keterlaluan menurutku.
“dah jeni....” vidi melambaikan tangan kearahku
“dah....” teriakku karena motornya berlalu menjauhiku. Vidi membalikan badan lagi dan berteriak agar malam ini aku hutang cerita dengannya.
            Lama sekali aku baru berani keluar dari toilet. Baru beberapa langkah aku sudah balik masuk kembali ke dalam toilet.  Merapihkan rambutku dan juga bajuku. Aaaargh.. sepertinya aku sudah mulai benar-benar terkena virus puspa. Bagaimana ini. Kalau aku benar-benar menyukai ka neo bisa gawat. Segudang argumen di kepalaku saling bertentangan. Akhirnya aku baru benar-benar keluar setelah jam menunjukkan enam kurang lima belas menit. Tiga puloh menit aku berada di toilet. Berusaha menahan diri agar tidak berharap. Berharap kalau ka neo juga sudah pulang dan memang tidak menungguku.
            Kampus sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa anak yang tersisa. Teman-teman yang kukenal juga sudah tidak ada sama sekali. Aku berjalan dengan kepala menunduk. Kenapa aku harus sepanik ini.
“jen..” suara yang kudengar. ka neo, ucapku dalam hati.
“iya ka?” aku menoleh kearah ka neo. Dia tepat dibelakangku.
“hari ini kaka ada main basket. Kamu mau ikut?” ka neo menawariku.
“udah ayo..” ka neo menarik tanganku. Lagi-lagi dia memaksaku. Sebenarnya aku sama sekali tidak merasa kalau dia memaksaku melainkan sejujurnya aku senang sekali dengan perlakuannya.
“kamu ga malu kan ketemu teman-teman kaka?”
“yah malu lah ka.. temen temen kaka pasti kan juga udah pada seumuran kaka”
“slow aja... mereka orangnya asik-asik, malah banyak yang suka anime, jadi lebih kekanakkan malah”
“yang bener ka?”
“iya.. kaka aja suka ngikutin anime, kaya naruto, hunter x hunter, trus kemarin ada barakamon, tokyo ghoul, zenkyou no terror, noragami,.. banyak..”
“kita samaan dong ka”
“ha ha ha...”
Aku dan ka neo asik bercerita di dalam mobilnya.

“woy bro” ka neo menghampiri temannya dan saling tos.
Aku mengekorinya di belakang dengan langkah yang pelan.
“siapa ni... pacar?” tanya seorang temannya yang sadar dengan keberadaanku.
“st..”
Aku tidak mendengar apa yang ka neo ucapkan kepada teman-temannya. Setelah mendengar ucapan ka neo mereka hanya tersenyum senang dan beberapa diantaranya juga berkenalan denganku. Ada pula yang hanya menegurku dari jauh. Seperti yang ka neo bilang. Semua teman-temannya baik sekali.
            Sementara ka neo berganti kostum. Aku duduk di kursi penonton sembari menjaga tasnya dan ponselnya. Ponsel. Ponsel. Kalau ponsel seorang laki-laki sudah dengan sadar dan dengan kemauannya sendiri diserahkannya kepada seorang wanita, berarti wanita itu adalah wanita yang istimewa untuknya, kata-kata desy terngiang-ngiang di pikiranku. Masa sih.. ah ga mungkin.. tapi masa iya?, aku kembali bertanya-tanya sendiri.
            Ka neo datang dengan baju basketnya. Di punggungnya tertulis angka sembilan per sepuluh. Aneh. Entah apa maksud dari nomor punggungnya.
“nitip ya de” ka neo memanggilku de.
“... eh.. iya ka... semangat ya ka”
“oke” dia mengacungkan jari jempolnya kepadaku.
“kamu mau berapa tembakan yang kaka masukin buat kamu hari ini?” tanya nya
“ehm.. enam. Three point three point” ucapku
“oke” dia mengelus rambutku.
“ayo neo” temannya sudah tak sabar menunggu untuk memulai pertandingan.
            Ka neo satu tim dengan ega, nino, dan dua lagi yang tak kukenal namanya. Yang menjadi lawannya Kila dan teman-temannya yang lain yang belum kuhapal namanya. Kila temannya yang paling sering mengajakku ngobrol dan paling cerewet.
            Baru beberapa menit berlalu dari mulainya pertandingan namun ka neo sudah berteriak di bawah sana “jeni.. buat kamu..” teriaknya. Kemudian melakukan lemparan three point dan masuk.
“yee....... ka neo semangat.....” aku menyemangatinya dengan memberikannya tepuk tangan.
            Game dimulai lagi. Tidak perlu waktu yang cukup lama keadaan sudah kembali imbang. Ka neo dan teman-temannya jago sekali bermain basket. Membuatku senang dan ingin bermain bersamanya. Game pertama berlalu dengan sangat cepat. Ka neo berlari kearahku. Aku sudah mempersiapkan minuman dan juga handuk untuknya.
“gimana tadi?, seru kan... hosh.. hosh” nafasnya memburu.
“iya.. kaka hebat. Baru mulai udah masukin aja”
“kaka masih utang satu sama kamu”
“iya...santai aja ka..”
            Ka neo cepat sekali meneguk air mineralnya. “kaka turun lagi ya” dia memberikan handuknya kepadaku.
“iya.. semangat ka”
            Game kedua kembali dimulai. Sejauh ini angka masih menunjukkan point 7-7. Permainan yang cukup menarik untukku. Meski aku tidak begitu mengerti basket paling tidak aku tahu beberapa dasar-dasarnya.
“gubrak” ka neo jatuh. Dia berlari sangat cepat namun karena menghindar dari kila dan posisi yang tidak mengenakkan dari ring dia malah terjatuh. Aku refleks berdiri dan mencemaskannya.
Kila menarik tangannya berdiri. Dari bawah dia tersenyum ke arahku dan kembali memberikan jempol kepadaku. Tidak lama dari kejadian itu kesempatan untuk mencetak three point kembali terbuka lebar untuk ka neo.
“jeni...” dia kembali berteriak dan masuk. Ka neo menepati janjinya kepadaku. Aku senang bukan main. Bertepuk tangan sangat keras untuknya.
            Tim ka neo kalah oleh tim kila namun pertandingannya benar-benar membuatku sangat senang untuk menontonnya. Aku berharap kesempatan untuk melihat permainan ka neo dan teman-temannya kembali datang.
            Beberapa temannya asyik bercerita tentang pertandingan tadi. Ka neo juga asik bercerita dengan kila. Sementara ka neo duduk aku membasahi saputanganku dan mengusap lututnya.
“eh udah jangan”
“gapapa ka neo” aku sibuk membersihkan luka ka neo kemudian segera memberinya betadine.
“luka kaya gini ga boleh pake handsaplast, biar cepet kering. Mengerti!” aku menegur ka neo
“siap bu bos”
“hahaha kalian itu lucu banget sih. Udah sana cepet jadian aja”
“eeeeh” aku memalingkan wajahku tidak berani melihat wajah ka neo.
ka neo tidak menanggapi ucapan temannya, itu yang kutahu.
            Malam itu aku makan bareng dengan teman-teman ka neo. Kembali ke tempat yang belum pernah kukunjungi sebelumnya. Senang sekali bisa berteman dengan teman-teman ka neo. Kami asyik menonton anime yang di bawa ega dan bercerita banyak tentang anime.

Menyenangkan sekali meski aku baru mengenal mereka.“dah....”
“dah jeni... kapan-kapan dateng lagi ya” kila ramah sekali kepadaku.
Aku masuk kedalam mobil ka neo.
“waktunya pulang. Ini sudah terlalu malam untuk anak perempuan kayak kamu” ka neo mengingatkanku untuk melihat jam.
Melihat jam yang ada di mobil.
“jam sebelas?”
“iya.. ga kerasa kan. Et! Tunggu. Ada yang kelupaan”
“apa?” tanyaku sambil menoleh ke jok belakang. Mengira-ngira apa yang tertinggal.
Ka neo mengeluarkan ponselnya. “biar gampang kaka minta nomer kamu”
Selalu dibuat terdiam oleh apa yang dilakukannya. “ga boleh?” tanyanya melihatku yang masih saja diam.
“kosong delapan....” aku menyebutkan nomer ponselku dan juga alamat emailku.
“itu nomer kaka” sebuah nomer masuk kedalam ponselku. Segera menyimpannya agar aku tidak lupa.
“kira-kira ibu kamu marah ga kamu pulang jam segini?’ ka neo bertanya
“mungkin. Ga tau juga ka.. aku baru kali ini pulang sampe jam sebelas”
“wa.. bisa di cap jelek nih kaka. Nanti kaka mampir rumah kamu sebentar ya”
“mau ngapain ka?”
“mau numpang toilet doang”
“ehmm”
Sampainya dirumahku ka neo bukan segera pergi ke toilet malah memperkenalkan diri kepada ayah dan ibuku. dia juga meminta maaf kepada kedua orang tuaku karena sudah mengajakku pergi sampai malam. Padahal ini bukan sepenuhnya kesalahan dia namun dia benar-benar sopan sekali dengan kedua orang tuaku. cara yang dilakukan oleh orang dewasa memang jauh berbeda dengan yang kita lakukan. Ka neo pamit dengan sopan. Aku mengantarnya sampai depan rumah.
“makasi ya ka” ucapku.
“sama-sama... sana masuk.. ayah ibu kamu udah nungguin di dalem”
“iya ka..”
Aku baru menutup pintu rumahku namun sebuah pesan masuk.
good night jeni.. sweet dream. Neo
Tulisnya di pesan.
good night ka neo... hati-hati dijalan
 balasku singkat.
“jeeeniiii” seseorang turun dari lantai atas.
“vidi?” tanyaku tak percaya
“lu dirumah gue? ngapain?”
“abisnya.. gue telefon rumah lu. Katanya lu belum juga pulang. Yaudah gue kesini. Jadinya gue bilang aja kalo lu lagi deket sama cowo dewasa.”
“ah elu.. kalo ngomong seenak jidat”
“tapi bener kan...harusnyakan lu makasih ma gue. Lu jadi ga kena omel ma nyokap bokap lu..”
“ga ada lu juga gue ga kena omel... hahaha” aku tertawa puas
“iya tauuu... tadi Pak Neo gentle banget ketemu nyokap bokap lu.. wahh tipe gue banget itu..bisa ga tuh dituker tambah sama sertu?”
“ye.. lu kata barang...”
“hhahaha... ga juga..” aku dan dia kembali ke kamarku.
“so... gimana tadi?”
“ya kaya yang lu denger”
“emang apaan?”
“jangan ngeles deh lu.. lu pasti tadi nguping kan”
“hahaha lu tau aja”
“iyalah .. apa si yang ga gue tau dari lu..”
“ada... sertu...jeni...” vidi terlihat sedih.
“kenapa sertu?”
“iya.. sertu nyelingkuhin gue”
“hah! Yang bener lu?, salah liat kali..”
“engga.. lu tau kan tadi gue pulang kuliah bareng dia”
“ya.. trus?”
“nah... sebenernya sebelum itu. Gue nemuin sms aneh”
“sms aneh gimana maksud lu?”
“iya sms nya gini..., hari ini jadi kan?, ini nomer gue. Vega”
“nah loh.. cewe.. siapa tuh vega?” aku balik bertanya kepadanya
“mana gue tau.. gue aja baru denger tuh nama tadi”
“vega.. vega.. vega.. coba lu inget-inget dulu..”
“serius deh gue ga inget dan gue ga ngerasa punya temen yang namanya vega”
“hmmm trus tadi lu ga malming?”
“engga... dia ngajakin tapi gue males. Ngapain juga dia ketemu gue. Kalo sebelum atau seudahnya dia ketemu vega”
“kebiasaan lu. Lu tuh belum tau pasti kan... keep post inget ga?”
“tetep aja.. makanya gue ngacir kerumah lu. Males banget gue ngangkat telefon rumah ato tau-tau dia dateng kerumah gue. Mending gue kabur deh”
“iya.. iya.. terserah lu deh. Lu sabar dulu deh.. besok gue bantu lu nyari siapa tu vega. Selama masih belum jelas. Lu jangan yang aneh-aneh. Oke sweety

“jeniii maaakkaasiii.. lu emang sahabat yang paling ngertiin gue” aku berpelukan dengan vidi.

0 komentar:

Posting Komentar