Aku dan vidi memulai pencarian kami, untuk mengungkap
siapa vega
sebenarnya. Dari akun sertu di fb,
twitter, line, path semuanya di hak milikin sama vidi. Dia kepoin semua akun
sosmed sertu. Aku sendiri tidak tahu harus berbuat apa karena dia saking
antusiasnya buat nemuin cewe yang namanya vega.
Vidi melipat kakinya, menunduk menutup wajahnya.
Menangis..
“udah....”
aku memeluknya dari samping.
“gu
e sam a se ka li ga tau ve ga tuh siapa jen” suara vidi terbata-bata disela
tangisannya.
“iyaa
gue ngerti.. lu sabar dulu dong di.., kan semuanya masih belum pasti. Masa lu
udah nangis-nangisan kayak
gini si”
“gue
cape ..”
“cup
cup cup.. sabar ya...gue ada disamping lu kalo lu butuh kok” aku meyakinkannya.
Aku mengantar vidi pulang kerumahnya.
Dalam sikon yang seperti ini aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja.
Drrt...
siang jeni.. kamu gi apa?
Ka
neo menyapaku di whats
app. Dia memasang fotonya saat pertandingan basket kemarin. Itu adalah
jepretanku.
Kaka
udah makan?, aku lagi dirumah vidi
Tak
lama ka neo langsung membalasnya bukannya harusnya kamu masih ada
jam kuliah?
Loh..
ko kaka tau? Kaka kepoin aku ya?
Hahaha..
Kan kaka kepoin aku, hayo ngaku
Ga
kepo, Cuma kebetulan aja buka jadwal kamu
Itu namanya kepo kaka....
Iya
deh, terserah kamu. Kamu kenapa bolos?”
Vidi lagi galau sama
cowonya ka
Kenapa?
Vidi nemuin nama vega di
hape cowonya
Nemuin
nama cewe bukan berarti selingkuh kan?
Iya.. aku juga udah
bilang gitu. Sebelum semuanya bener-bener jelas harusnya vidi bisa be calm
Hmmm,
kalo kamu yang ngalaminnya kamu yakin bisa?
Bingung
untuk menjawab whats app ka neo. Mungkin lebih parah dari vidi itu yang
kutulis.
Berarti
kamu termasuk tipe pencemburu
Banget... >_<
Kaka
meeting dulu ya.. take care
Siap pa Bos ,
aku ganti mencandainya.
Vidi tertidur pulas di sofanya. Melihat rumahnya yang
benar-benar berantakan. Majalah dan koran dimana-mana, banyak gelas dan piring
kotor yang tergeletak begitu saja di meja ruangan. Tv yang juga belum
dimatikan. Kucing-kucingnya yang mengeong-ngeong kelaparan.
Vidi tinggal sendirian dirumah yang besar ini. Orang
tuanya bekerja dan tinggal di luar negeri. Sebenarnya dia sudah dipaksa untuk
ikut pergi keluar negeri dengan kedua orang tuanya namun dia memilih tinggal
disini sendiri. Untuk anak seperti vidi, pasti mereka merasa kesepian dan butuh
kasih sayang lebih. Itu sebab nya aku selalu berusaha ada disetiap keadaannya.
Mengambil koran-koran dan majalah yang berserakan
dilantai, menumpuknya menjadi satu dan menaruhnya ditempatnya. Mengambil
makanan untuk kucing-kucing nya. Dan kemudian mulai membersihkan rumahnya. Aku
sudah seperti inem pembantu bos cilik, membayangkan sebauh sinetron dengan
judul tersebut.
Pergi melihat isi kulkas dan memasakkan sesuatu yang
sekiranya disukai vidi.
“haaruuuum”
vidi sudah dibelakangku. Membuatku kaget.
“vidi...
untung ga jatoh” aku memegang panci panas berisi sup buatanku.
“jadi
laper”
“udah
makan yuk”
“asiiik...
dimasakin jeni.. pasti eeeenaaaaak”
“ting
tong!” bel rumah vidi terdengar begitu nyaring. Aku dan vidi saling menatap
satu sama lain.
“sertu...”
aku dan vidi kompak.
“jen...
gue males banget keluar.. lu aja yang ketemu dia ya..”
“tapi
di.. kasian dia”
“udah..
gue males banget beneran. Ada malah gue nanti ga nafsu makan”
“iya
deh iya..” mengingat mood makan vidi yang uring-uringan . padahal dia punya
penyakit magh yang lumayan harus diperhatikan.
Membuka pintu dan disana sertu sudah
menunggu.
“vidi
ada jen?”
“yah...
vidinya lagi tidur tu”
“bangunin
bisa ga jen.. gue bingung sama dia.. udah tiga hari ini dia sama sekali ga
ngasih kabar atau pun bales chat, wa, semua pesen gue. Telefon gue juga ga dia
angkat”
“he...”
aku tidak bisa menjelaskannya
“yaudah
deh kalo gitu, gue balik. Titip vidi jen..” dia memberikanku selembar kertas
dan sebuah bingkisan berbentuk hati
Sertu pulang tanpa membawa hasil
Kasihan melihatnya. Seharusnya vidi
bersyukur mendapatkan laki-laki baik kaya sertu. Dia perhatian dan bener-bener
ngerti banget dan nerima kondisi vidi. Aku juga jarang sekali ngeliat dia
ngomelin vidi. Diluar masalah vega, menurutku sertu itu udah pas banget buat
vidi.
“udah
pulang jen?”
“udah”
“bagus
deh. Males banget gue ketemu dia”
Aku
senang vidi memakan masakanku lahap namun sikapnya kepada sertu sudah
kelewatan. Aku menaruh titipan sertu disamping piring makannya.
“gue
pulang ya.., kalo lu udah baca surat sama buka bingkisan dari sertu. Lu baru
boleh hubungin gue” mengelus kepalanya. Dia sudah seperti adik buatku.
“tai
lu! Sahabat apaan?. Bulshit tau ga!”
sifat kasarnya keluar
Empat tahun membuatku tahu sifat asli dari kami
berempat, dari ketiga sahabatku. Aku paling dekat dengan vidi. Buatku dia itu
sudah menjadi bagian keluargaku dan juga adikku. Dia haus akan kasih sayang
orang tua dan juga perhatian. Kata-kata seperti itu sudah tak mempan lagi
buatku. Aku sudah seringkali menegurnya dan mengingatkannya untuk ngejaga apa
yang dia mau bilang tapi dia masih belum bisa buat tahan emosi dia.
Menyalakan scooterku dan pergi meninggalkan rumah
vidi. Kuharap dia tidak menangis sendirian. Berharap dia sesegera mungkin membaca
titipan sertu.
Dari titipan itu pula aku tahu siapa vega.
Vega mantan pacar sertu yang meninggal karena
kecelakaan. Pesan yang dibaca vidi itu pesan yang sengaja masih disimpan. Vega
mantan pacar vidi dua tahun yang lalu. Pantas kami sama sekali baru mendengar
nama itu, vega bukan dari jakarta. Dia anak bandung. Hubungan jarak jauh selama
dua tahun. Apa untuk hal seperti itu sertu harus meminta ijin kepada vidi?.
Menurutku tidak, seharusnya vidi dapat mengerti. Apalagi pesan yang dibaca vidi
bukan pesan sayang-sayang an. Melainkan pesan pertama kali ketika sertu
berkenalan dengan vega. Hidup ini susah kalo hanya menerka, batinku.
Drrr drrt... aku mengambil ponsel yang ada di saku
celanaku. Desy menelefon.
“ya..
kenapa des?”
“jen..
lu dimana?”
“gue
lagi dijalan pulang des, mang kenapa?”
“lu
sama vidi kenapa deh?, vidi meledak-ledak gitu emosinya di sosmed. Ngeri gue
bacanya”
“mang
dia bilang apa?”
“iya
dia bilang lu kegenitan ama Pak Neo, minta nebeng ampe minta traktir gitu deh”
“eh!
Serius lu des?” aku tidak percaya mendengar apa yang diucapkan desy.
“iya
gue serius.. mana ada hal ga enaknya lagi”
“hal
ga enak?, apaan?”
“yaa
katanya lu kaya dipake gitu ma Pak Neo”
Pikiranku seketika
kosong. Aku tidak menyangka vidi sampai
melakukan hal seperti itu kepadaku. Aku yang dia bilang sahabat dan juga
keluarga. Tanpa kusadari sebuah mobil ada dihadapanku dan aku sudah tidak bisa
menghindarinya.
0 komentar:
Posting Komentar